Minggu, 04 Juli 2010

MEMBUKA MATA HATI TENTANG KONDISI KAMPUS IKIP MATARAM


Dinamika perpolitikan mahasiswa tak pernah lepas dari dunia kampus. Tidak dapat kita pungkiri kalau mahasiswa sebagai agen of control memiliki andil dalam pengambilan kebijakan , terlebih lagi beberapa lembaga yang ada dicivitas akademika lembaga tersebut memiliki otoritas tertentu dalam mengayomi wilayah kampus dan mahasiswa. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Lembaga ini bermain dalam wilayah internal kampus dan kepengurusannya berisikan mahasiswa yang tercatat masih aktif program studinya. Secara umum ke tiga lembaga ini memiliki andil penting dalam isu dan pengambilan kebijakan kampus . Mau kemana dan bagaimana nantinya kampus akan di kelola, lembaga inilah yang akan mewujudkannya dalam tataran kerja dan lapangan. Ketika pejabat kampus serta lembaga-lembaga ini tidak mampu berkoordinasi dalam mengaspirasikan harapan civitas kampus umum, maka akan timbul saling ketidakpercayaan, stagnansi hingga kemerosotan akreditasi kampus dalam tataran akademis, fasilitas dan budaya.

Secara lebih rinci, ada beberapa alasan mengapa lembaga mahasiswa ini dianggap sangat krusial dan penting:

1. Jalur komunikasi antara mahasiswa dan birokrat kampus. Lembaga mahasiswa memiliki peran sebagai penyampai aspirasi mahasiswa di segala lapisan baik akademisi, organisatoris hingga preman kampus. Perlu diingat bahwa Perguruan Tinggi merupakan salah satu sarana yang dibuat dalam meningkatkan pembangunan negara secara umum, oleh karena itu tak heran bahwa banyak perubahan besar yang diawali dari gerakan lembaga kemahasiswaan ini. Adanya lapangan basket,labotarium, internet, pustaka hingga tempat parkir merupakan fasilitas yang diberikan karena adanya sebuah permintaan yang dalam hal ini diajukan oleh mahasiswa secara umum dan disampaikan kepada pihak birokrat melalui lembaga kemahasiswaan.Sekarang yang menjadi pertanyaan besar kita sudahkah lembaga kemahasiswaan melakukan fungsi dan tanggung jawabnya secara organisatoris?, disinilah mahasiswa berkontribusi menyampaikan aspirasinya ke lembaga kemahasiswaan tersebut.

2. Penyaluran kreatifitas mahasiswa. Dalam kehidupan perkuliahan, mahasiswa cenderung memiliki sikap aktualisasi dan apresiatif. Yakni sikap atau tindakan unjuk kemampuan dan kehebatan sesuai bakat serta karakter pribadinya masing-masing. Hal ini merupakan sisi positif yang dimiliki oleh seorang pemuda khususnya mahasiswa. Sehingga diperlukan adanya sebuah sarana dan prasarana dalam menyalurkan bakat dan kreatifitas mereka dan nantinya diharapkan menjadi suatu hal yang produktif dalam meningkatkan pembangunan dan pendidikan negeri ini. Aktualisasi ini bisa berupa bidang olahraga dan seni, kepemimpinan, religi, hingga dana usaha yang mendukung perekonomian kampus menuju kampus yang mandiri. Sumber daya ini begitu sia-sia ketika pihak birokrat kampus tidak memanfaatkannya dengan baik, bahkan melakukan tindakan ‘pembunuhan karakter’ kepada mahasiswa. Padahal SDM seperti inilah yang nantinya mampu melakukan akselerasi pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Paling tidak, negara secara tidak langsung diuntungkan dengan berbagai macam potensi anak-anak bangsa yang artinya kaya dengan SDM.

3. Merupakan maket dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kampus yang ideal tentunya memiliki dinamisasi pergerakan yang sehat. Secara harafiah, segala kegiatan mahasiswa beserta potensinya terkelola dengan baik. Kampus yang dikenal sebagai miniatur negara, merupakan tempat berkumpulnya pemuda dari pelosok daerah dengan segala perbedaan dan bentuk sosial, tentunya juga beragam potensi. Ketimpangan sosial yang terjadi dalam kampus adalah cerminan dari kesenjangan sosial di masyarakat. Berhasil tidaknya ideologi yang diterapkan negara dapat dilihat di kampus. Begitu juga ketika kita harus mensensus seberapa besar kepedulian masyarakat terhadap kondisi negara, maka lihatlah di kampus kita masing-masing, sejauh apa mahasiswa turut andil dalam dinamisasi pergerakan lembaga kemahasiswaan. Mahasiswa yang dikatakan sebagai sumber cadangan pemimpin masa depan bangsanya, kini menjadi tumpuan masyarakat dalam pengolahan dan manajemen kekayaan negara. Tidak hanya itu, tanggung jawab penuh juga diserahkan kepada mahasiswa dalam melakukan pengawasan jalannya roda pemerintahan. Karena disamping fungsi kontrol dan pressure terhadap pemerintah, mahasiswa tentunya dituntut mampu memberikan solusi dari berbagai permasalahan bangsa.

Dinamika pergerkan mahasiswa tidak boleh surut untuk sebuah perubahan terlebih lagi memasuki dunia kampus yang penuh dengan berbagai kebijakan-kebijakan yang terkadang tidak berpihak kepada kepentingan mahasiswa, Sejenak kita kembali merenung pada kondisi real kampus kita di IKIP Mataram, seiring dengan berbagai pembangunan dan pembenahan kampus yang sampai hari ini terus berlanjut.Kampus IKIP Mataram dengan keadaan kondisi lahan yang sudah tidak bisa menampung mahasiswa lagi, ada 13000 lebih mahasiswa berada di IKIP Mataram, kondisi ini tidak pernah terpikirkan oleh para pejabat kampus bagaimana mencari solusinya, setidaknya beberapa Tri Lini tadi dapat memberikan masukan kepada birokrasi sehingga tidak terjadi ketimpangan di kalangan mahasiswa, terutama pelayanan yang sampai hari belum sepenuhnya kita rasakan, dari keadaan tersebut harapan kita beberapa lembaga kemahasiswaan secepatnya melakukan rekayasa politik ( rekayasa kampus) yang Secara harafiah diartikan sabagai cara/proses yang dilakukan untuk mengubah serta mengelola isu dan wacana di kampus sehingga kondisi kampus sedikit demi sedikit terjadi perubahan sesuai dengan yang kita harapkan. Pada dasarnya, merekayasa kondisi sosiologi kampus sebagai ruang lingkup mahasiswa sering dan selalu kita lakukan. Seperti pembuatan mading sebagai sarana media informasi, adanya fasilitas seni dan olahraga, serta berbagai penunjang akademis yang biasa kita sebut dengan pustaka ataupun ruang baca mahasiswa. Kondisi kampus yang tentram menjadi dambaan setiap civitas kampus. Hanya saja kini kita tidak lagi mampu menilai seperti apa makna tentram yang kita harapkan. Apakah tentram ketika stabilitas terbentuk dikarenakan tidak adanya dinamisasi pergerakan yang terjadi atau tatkala mahasiswa tidak peduli dengan kondisi real kampusnya hingga tercipta sikap antipati apapun yang terjadi dikampus.

Ada beberapa sarana penting yang memiliki peran penting dalam melakukan dinamisasi pergerakan atau rekayas akampus, dilihat berdasarkan level yang bisa digunakan oleh mahasiswa secara independent :

1. Tri-Lini Lembaga Mahasiswa. Yakni terdiri dari BEM, HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) serta beberapa unit UKM yang ada di civitas akademika IKIP Mataram. Ketiga lembaga ini memiliki andil dalam memfasilitasi ruang gerak mahasiswa. Bersamaan dengan ini, mahasiswa dinaungi secara yuridis oleh birokrat kampus terhadap kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Sehingga penguasaan Tri-Lini ini berarti mampu menguasai sosiologi kampus secara umum, karena sumber informasi serta jaringan yang terbentuk dapat dimanfaatkan secara penuh dalam mengolah kebijakan dan mengkondisikan kampus sesuai dengan misi yang dibuat.

2. Media Informasi Kampus. Merupakan sarana penyampaian isu-isu kampus baik internal maupun eksternal. Bisa berupa mading, buletin dan internet. Namun yang lebih populer biasanya adalah buletin bisa juga mading .Sarana – sarana ini cukup praktis dan efektif dalam memberikan informasi. Isu dan wacana umum dapat disebar melalui sarana ini. Dan tentunya resiko yang didapat cenderung kecil sebab mading sifatnya non-permanen.

3. Basis Massa. Terdiri dari mahasiswa, dosen hingga pejabat institusi perguruan tinggi seperti Dekan dan Rektor. Menjadi penting karena merekalah yang nantinya akan merasakan langsung dampak dari perubahan yang terjadi. Kekuatan massa mampu menggoyahkan suatu pemerintahan yang solid sekalipun. Stabilitas politik dapat kita nilai dari seberapa terkendali basis massa dalam mendukung suatu kebijakan politik.

Tentunya dinamisasi dan rekayasa kampus tak semudah yang dibayangkan. Perlu adanya sinkronisasi gerakan antara 3 level diatas. Tri-Lini LM sebagai pencetus kebijakan, Media sebagai alat informasi dan Basis Massa sebagai objek dari kebijakan yang dibuat. Kemapanan kebijakanyang dibuat elite kampus, dinilai berhasil saat basis massa mendukung sepenuhnya dan paling tidak ada ataupun tidak bagi level 3 hal itu tidak merugikan secara materiil dan psikis.

Catatan untukmu kawan
...kita sudah menangis cukup lama. saatnya berdiri diatas kedua kaki dan jadilah manusia!!!.
kami wariskan kepada kalian, hai anak-anak muda, rasa simpati pada kaum papa, kaum bodoh, dan golongan-golongan tertekan. Pergilah sekarang ke jalan itu. dan berteriaklah sekuatmu. Jadilah sahabat terbaik mereka, yang tidak pernah merasa jijik untuk memeluk kaum rendah, yang lebih suka memenuhi undangan makan seorang bocah yatim.
pada dunia....
tundukkan kepalamu!
yakinkan diri anda bahwa kita dilahirkan untuk berbuat hal-hal yang besar.
hei anak muda...
jangan takut pada suara anjing menyalak.
tidak !!!
tidak boleh menjadi penakut, sekalupun mendengar guntur diatas langit itu. tetaplah berdiri tegak ! di jalan itu ! jalan para pejuang jalanan.
karena negaramu meminta pahlawan-pahlawan sejati.
pahlawan itu, ada di sini,
....
ALLAH AKBAR...

By. Mansur Amriatul

(Ketua Departemen Kebijakan Publik KAMMI IKIP Mataram 2010)




3 komentar:

  1. hanya dana yg kalian ributkan,,kinerja dong yang ditonjolkan,,masa mahasiswa yg ingin minta bantuan hanya dijawab dgn kata2 maaf saya lagi sibuk,,,
    mana ideaisme bem,, mana idiologi sosial bem itu,,, percuma anda2 menghabiskan uang ikip mataram yg bersumber dari spp,, tapi hanya mengikuti idiologi sendiri dan idealisme sendiri,,, mana kepentingan umum lebih penting dari kepentingan sendiri,,, percuma bem ada,,, palagi bem fakultas,,,,

    BalasHapus
  2. perluas ekspansi, perkuat militansi..sy tidak akan pernah lupa denganMU WAHAI SOBAT,,KAMMI tlah memberikan sdikit banyak pembelajaran kpd sy swaktu di IKIP MATARAM, yg tdk akn prnah sy lupakan,,tksh kpd ka'Andi,Buntana,Syawal,Yusuf dan terutama kpd ka' Edo slaku ketua,, tetap smangat yo..?he he,,

    BalasHapus
  3. Mas Arifudin, thanks atas komtrx, tidak semudah untk membolak telapk tangan, krn semuax butuh proses visi kita sama ko....

    BalasHapus